Selasa, 12 Januari 2016

Tentang Kapurung

بسم الله الرحمن الرحيم



KAPURUNG

    Kapurung adalah salah satu makanan khas tradisional di Sulawesi Selatan, khususnya masyarakat daerah Luwu (Kota Palopo, Kabupaten Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur) Makanan ini terbuat dari sari atau tepung sagu. Di daerah Maluku dikenal dengan nama Papeda. Kapurung dimasak dengan campuran ikan atau daging ayam dan aneka sayuran. Meski makanan tradisional, Kapurung mulai populer. Selain ditemukan di warung-warung khusus di Makassar juga telah masuk ke beberapa restoran, bersanding dengan makanan modern.Di daerah Luwu sendiri nama Kapurung' ini sering juga di sebut Pugalu.


      Kapurung merupakan sajian yang terdiri dari sayur-mayur yang direbus, utamanya adalah jantung pisang (dicacah), dan segala sayur mayur (bayam, kangkung, pakis, kacang panjang, terong bakar yang ditumbuk, daun kacang, dll). Jangan masukkan sawi, kol atau timun, karena bukan itu campurannya. Pada belanga lain, rebus ikan segar (cakalang, ekor kuning, ikan layang, atau lainnya-pada prinsipnya adalah ikan segar yang tidak banyak durinya)  rajangan bawang merah, mangga muda, dan garam. Setelah ikan matang, tambahkan daun kemangi yang banyak. Ini yang namanya ikan kuah asam. Lalu hancurkan daging ikan.



      Antunna pernah makan sagu? Sagu itu berasal dari batang pohon sagu (aren), di pasar dijual dalam bentuk seperti tiwul yang padat. Nah, sagu ini susah-susah gampang olahnya. Sagu direndam, lalu masukkan air panas, dan aduk dengan dayung kayuhingga warnanya bening. Mirip mengaduk dodol setelah itu sagunya dipulung dengan kayu atau sumpit atau ujung sendok hingga menjadi gulungan-gulungan kecil, dan dicemplungkan pada kuah ikan asam.

      Yang tak boleh ketinggalan dalam kapurung adalah kacang goreng tumbuk. Segala masakan matang tadi (ikan, sayur, kacang, sagu dicampur dalam tempat yang besar. Untuk penyemangat makan, tambahkan sambal terasi (cabe, terasi, dan tomat segar).

      Ada pula kapurung versi pisah. Orang Mori bilang, namanya ‘Dui’. Pada versi ini, ada satu piring berisi kuah ikan asam, tambahkan cabe rawit dan haluskan dengan sendok. bisa tambahkan jeruk nipis atau garam pula juga. Setelah rasa cukup enak, saatnya mengambil sagu dengan memulungnya dari baskom besar. Di piring ini kita akan memotong-motong sagu dengan sumpit menjadi gulungan kecil. Katanya, orang  di kampung langsung ‘menguntal’ potongan sagu ini ke mulut, tanpa menggunakan sendok atau sumpit. Di piring lain, ada ikan kuah asam yang dicolek dengan tangan, ada pula piring berisi sayuran rebus..

      Makanan ini sangat sederhana, minim bumbu, tanpa minyak (kecuali untuk goreng kacang), dan menggunakan bahan-bahan lokal yang melimpah. Ikan laut banyak didapat di Sulawesi, pohon sagu tumbuh sporadis di jalan-jalan trans sulawesi. Sayur mayur menambah keunggulannya sebagai makanan sehat. Dan yang menambah kekhusyukan makan adalah kapurung dimakan bersama-sama, beramai-ramai, dengan cuap-cuap kepedasan dan tambah lagi, dan tambah lagi.. Rasa kebersamaan muncul saat makan kapurung, hilang sudah gengsi kepedasan dan menambah.

      Hidangan kapurung yang sangat lokal ini diduga muncul sebagai upaya pengolahan sederhana hasil darat dan laut dengan biaya dan cara minimal. Hanya direbus, bumbu dasar garam, terasi, cabe,  dan seperti layaknya hidangan Sulawesi : jeruk nipis..

      Konon makanan ini berasal dari daerah Luwuk dan menyebar, sejauh ‘orang selatan’ ada, di situ pula kapurung berada. Migrasi penduduk juga membuat makanan ini familiar. Jika orang Gorontalo biasa makan binte (semacam sup jagung), maka orang selatan (Luwuk, Toraja, Makasar, Mamuju) makan kapurung.

Sumber:
Tomat ceri

بارك الله فيكم

🍰DaPuR UmMaHaT🍰

Tidak ada komentar:

Posting Komentar